Analis Memperkenalkan Kerangka Inovatif untuk Mendekode Ekonomi Bitcoin di Pasar Bearish – Perusahaan investasi Ark Invest dan perusahaan keamanan blockchain Glassnode telah mengungkapkan kerangka konseptual untuk memahami ekonomi Bitcoin (BTC) di tengah pasar bearish yang sedang berlangsung.
Pada hari Kamis, Ark Invest meluncurkan whitepaper berjudul “Cointime Economics: A New Framework For Bitcoin On-chain Analysis,” yang bertujuan untuk menyediakan perangkat untuk memahami realitas ekonomi Bitcoin dengan cara baru.
Makalah ini ditulis bersama oleh David Puell , rekan peneliti untuk ARK Invest, dan James Check , analis utama untuk Glassnode
Ini berfokus pada perbedaan antara transaksi yang belum terpakai saat ini (UTXO) dan model baru yang disebut “cointime” yang menilai “bobot ekonomi riil dari sebuah Bitcoin.”
Pendekatan ekonomi cointime mempertimbangkan pentingnya Bitcoin berdasarkan terakhir kali pergerakannya.
Ini memperkenalkan konsep “coinblock,” yang mengalikan jumlah Bitcoin dengan jumlah blok yang diproduksi sementara Bitcoin tetap tidak bergerak.
Misalnya, jika 10 koin disimpan selama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 10 blok, ini berarti 100 blok koin.
Analis Memperkenalkan Kerangka Inovatif untuk Mendekode Ekonomi Bitcoin di Pasar Bearish
Whitepaper menunjukkan bahwa penghancuran besar-besaran blok koin menunjukkan bahwa pemegang jangka panjang menjual Bitcoin mereka.
Investor “uang pintar” ini biasanya memiliki saldo Bitcoin yang lebih besar, berdagang dengan basis biaya yang lebih rendah, dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.
Selain itu, dokumen tersebut memperkenalkan dua metrik baru untuk menganalisis keadaan ekonomi Bitcoin.
Hal ini mencakup “keaktifan”, yang mengukur tingkat aktivitas jaringan, yang menunjukkan seberapa sering koin dipindahkan atau dihancurkan, dan “keaktifan”, yang mengacu pada jumlah koin yang disimpan dan menunjukkan seberapa tidak aktifnya protokol tersebut.
Para penulis mengklaim bahwa kerangka cointime memberikan pendekatan yang konsisten dan matematis untuk mengukur kepentingan ekonomi setiap Bitcoin dari waktu ke waktu.
“Berbeda dengan kerangka UTXO, yang menganggap sebuah koin “bergerak” ketika ia meninggalkan alamat basis koinnya, kerangka waktu koin memberi bobot pada setiap koin berdasarkan waktu di mana koin tersebut berada dalam keadaan statis,” tulis makalah tersebut.
“Dengan kata lain, jika koin-koin lama berpindah, maka dampaknya akan lebih besar terhadap aktivitas ekonomi bitcoin.”
Seperti diberitakan , Bitcoin menghadapi banyak sekali kendala dunia nyata dalam perjalanannya menuju kenaikan berikutnya.
Salah satu rintangan yang dihadapi Bitcoin adalah kesulitan makroekonominya. Dalam lingkungan kenaikan suku bunga, investor cenderung beralih ke aset bebas risiko yang memberikan imbal hasil yang dapat diandalkan.
Sebagai perbandingan, Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik dan potensi menghasilkan arus kas untuk bersaing dengan surat utang negara atau uang tunai.
Selain hambatan makroekonomi, Bitcoin juga menghadapi kebutuhan untuk membuktikan kegunaannya lebih dari sekadar sarana investasi.
Saat ini, meskipun Bitcoin dianggap sebagai teknologi yang sangat disruptif, sebagian besar orang lebih tertarik untuk memiliki aset tersebut dan mengharapkan apresiasi harganya daripada menggunakannya secara aktif.
Di sisi lain, terdapat argumen bullish mengenai acara halvening Bitcoin yang akan datang pada bulan April 2024.
Peristiwa ini, yang mengurangi imbalan yang diperoleh penambang Bitcoin, secara historis mendahului reli pasar.